Senin, 26 Desember 2011

Nostalgia Memutar Ulang Waktu

Desember akhir. Kalau udah kayak gini, kita pasti mulai berfikir tentang rencana resolusi di tahun yg baru. Dan kebanyakan, biasanya, gagal diwujudkan. Aku inget rencana resolusiku pas mau masuk tahun 2011. Aku pengen jadi lebih rajin di sekolah, aku pengen tambah rajin sholat, dan lain-lain. Dan tebak, semuanya sekarang gagal aja. Nggak kejadian. Cuma rencana, rencana resolusi, yg sebenarnya, penting untuk dilaksanakan.

Dan ketika seperti ini juga, ketika kita sedang berfikir resolusi apa yg akan kita buat di tahun depan, flashback kenangan di tahun 2011 biasanya juga akan bermunculan di kepala kita. Seperti terjadi nostalgia, di otak kita sendiri. Aku ingat pas aku Praktik Kerja Lapangan di Solo, aku ingat disana aku ditaksir sama mbaknya teman disana, aku ingat aku tidak menghiraukan dia karena aku punya pacar, mantan pacar, yg lebih baik di Semarang. Aku ingat sehabis pulang PKL rambutku gondrong, aku ingat ketika masuk sekolah pertama kali dengan keadaan gondrong ini sangat banyak adik kelas yg melihat takjub. Aku ingat saat dipanggil “mbak” sama guru karena gondrongnya rambutku ini berlebihan. Aku ingat ketika pertama kali nonton konser The S.I.G.I.T., aku ingat ketika itulah pertama kali aku kecanduan rokok. Aku ingat ketika menonton konser The S.I.G.I.T. yg kedua kalinya aku hampir tidak bisa bernafas karena saking semangatnya. Aku ingat ketika aku menyakiti perasaan perempuan yg aku sayang, aku ingat ketika aku disakiti perempuan yg sangat aku sayang. Aku ingat ketika pertama kali menonton Efek Rumah Kaca secara langsung. Aku ingat ketika aku dapat peringkat 14 di semester pertama kelas 12 ini, aku ingat betapa excited-nya aku ketika ibu ngomong peringkatku itu. Aku ingat bagaimana aku jadian sama pacarku yg sekarang ini, aku ingat bagaimana gagunya aku ketika menyatakan cinta ke dia. Semua kenangan ini, flashback ini, memaksa untuk diingat. Sengaja, ataupun tidak.

Seperti potongan-potongan kenangan kecil kita, semuanya tiba-tiba bermunculan. Semua kenangan ini, yg baik untuk diingat ataupun tidak, selalu memaksa kita untuk mengingatnya.

Sudah waktunya untuk berubah, aku inginkan resolusi secara nyata. Resolusi, yg seharusnya, bisa aku kerjakan. Resolusiku:

-          -     Berhenti merokok,
-          -     Lulus SMK ini, lolos Ujian Nasional, dengan nilai yg memuaskan,
-          -     Masuk ke ISI (Institut Seni Indonesia), Jogja,
-          -     Nyetir mobil keliling kota, dan
-          -     Lain-lain.

Amin.

Pada akhirnya, kita biasanya, hanya akan mengamini resolusi kita. Tanpa tau apakah kita akan serius untuk melaksanakannya. Dan pada akhirnya, resolusi hanya menjadi doa atau harapan. Bukan keinginan yg dibutuhkan.

Sudahlah, sudah cukup nostalgia sambil memutar ulang waktunya.

Minta Uang Pada Pemerintah Untuk Kangen

Sakit itu nggak enak. Bayangin aja, mau makan yg rasanya enaknya kayak apapun, pasti ntar kerasanya bakalan pahit kalo kita lagi sakit. Bawaannya cuma tidur, smsan, makan nggak nikmat, bolak-balik kentut, e’ek, dan gitu terus. Gara-gara sakit, waktu kerasa lebih dekat untuk kita ke alam baka.

Dan, aku lagi sakit. Bronkitis. Ya, bronkitis. Sebenarnya aku nggak terlalu ngerti ini penyakit apaan. Aku taunya Cuma, ini penyakit yg ada hubungannya dengan paru-paru, dan ini bikin kita nggak boleh ngerokok dan nggambar sambil tengkurep di lantai. Kampret. Penyakit yg bikin orang bermental seni jadi bermental gelandangan-yg-tidur-di-emperan-ruko.

Tapi, se-enggak enaknya sakit, lebih nggak enak kangen. Kangen. Kangen itu serba salah. Kita resah pas nggak ketemu, dan kita bakalan biasa aja pas ketemu. Dan kita bakalan kangen lagi abis nganter dia pulang. Gitu aja terus muter. Aku lagi kangen, sama pacar tentunya. Dia ini lagi di Kalimantan, 12 hari. Demi kasih ibu pada anaknya, siapa yg nggak kangen kalau pacarnya lagi jauh banget gitu. Pas gini, aku cuma pengen punya Doraemon, terus minta dia ngeluarin pintu kemana saja-nya, terus minggat nyamperin dia di Kalimantan. Kartun selalu saja membuatku sering berfikir secara absurd di kehidupan yg sebenarnya.

Sekarang ini, aku jadi kayak punya hobi baru. Yaitu, kangen. Dulu, waktu SD, sering banget nulis biodata yg ada poin “hobi”. Kalau sekarang nulis biodata-biodata kayak gitu masih ada, aku bakalan nulis “kangen” di poin hobi.

Pas lagi kangen gini, dan pacar lagi jauh banget, kita udah nggak berdaya lagi. Kita mau apa lagi? Akhirnya kita cuma bisa pasrah dan nunggu dia pulang kesini. Pada akhirnya, saat kita kangen, kita hanya bisa menunggu. Kita hanya harus terus bersabar menunggu dia pulang ke kita. Seperti burung merpati dan pagupon-nya. Disini, yg kangen, adalah si pagupon. Nggak tau kenapa aku ngasih panggilan “si” ke pagupon ini. Seolah aku berfikir kalau pagupon adalah teman sekelas yg sering di-bully sama anak-anak sekelas lainnya. Okay, it’s not so important, back to topic. Pagupon, pastinya hanya bisa bersabar ketika si burung merpati sedang terbang jauh meninggalkannya. Karena, dia tidak mungkin memanggil-manggil ataupun BBM-in si burung merpati ini.

Sebagai manusia, yg bisa menikmati teknologi maju dengan mudah, kita bisa tertolong di saat momen “menunggu” ini. Kita bisa saja, Skype-ingan, atau lain-lain yg pokoknya menggunakan webcam. Tapi, sebenarnya itu tidak memuaskan rasa kangen kita. Bertemu di layar PC, tidak seperti saat bertemu di kehidupan beneran. Ya, samain aja kalo ada samanya.

Cepat pulang, cepat kembali,
Jangan pergi lagi..

Dengan modal ngetik lirik lagu, aku tadi lagi nyanyi. Lagi, teknologi bisa membiarkan kita bernyanyi tanpa mengeluarkan suara sumbang yg bisa mengganggu para tetangga.

Oh, kalau mungkin kangen itu dibayar, aku bakalan minta duit sama pemerintah, trus duitnya aku pakai buat beli tiket pesawat ke Kalimantan, trus bikin rumah disana. Seperti Pegawai Negri Sipil.

Senin, 19 Desember 2011

Aku Rindu Anita Fajar

Sore ini hujan. Seperti biasanya. Senjaku yg sendu dan sunyi. Selalu saja dihiasi dengan titik-titik hujan yg jatuh perlahan sambil menari indah. Tak ada guntur, kilatan cepat, tak ada angin yg terlalu kencang, tapi dinginnya sudah cukup bagiku untuk menyalakan beberapa batang rokok dan menyeduh secangkir kopi. Untuk menghangatkan tubuhku yg sebenarnya cukup kedinginan. Gerimis. Kata orang-orang jika hujannya semesra ini.

Sambil memandangi hujan di senja yg mesra ini, aku sadar sesuatu. Aku rindu dia. Aku ingin bertemu dengannya. Aku ingin melihat senyum lugu yg terbentuk dari bibir manisnya. Aku ingin menggenggam tangan kecilnya yg dingin. Sebagaimana semuanya ini, aku ingin dia ada di sisiku. Dan, melihat hujan yg indah ini bersama-sama. Setelah satu seruputan kopi hangatku, aku mengirim pesan singkat ke ponselnya. "Di Pudak Payung hujannya bagus lho. Coba kamu disini." Setelah kulihat status pesan singkatku berubah menjadi delivered, aku sadar sesuatu. Dia, mungkin, sedang jengkel denganku. Dan mungkin tidak akan membalas sms-ku dulu.

Aku melamun sendirian di teras rumah dinas ayahku. Tidak, tidak sendiri. Bersama sahabat setiaku, sekotak rokok yg penuh coretan gadis yg sedang aku rindukan, dan secangkir kopi hangat yg kuseduh sendiri, yg sebenarnya terasa lumayan pahit. Aku tersengau lagi. Rasa rinduku yg sangat besar ini, sungguh, membuat galau. Seperti kita terpisah sebegitu jauhnya, sebegitu lamanya. Padahal kita berada di kota yg sama, di keadaan yg sama, di detak jantung yg bermelodi sama kencangnya, dan di waktu yg berdetak sama cepatnya. Rindu ini, tidak memikirkan itu semua. However, when you love someone, you will never let her go. You just want her here, on your side, sharing love between the separates wall.

Seketika lamunanku pecah. Ponselku berdering. Aku cek, ada pesan singkat yg masuk. Dari dia. Dia yg, kupikir, sedang jengkel denganku. Kubuka, lalu bibirku tersenyum kecil. Disana tertulis, "Aku sayang kamu." Dengan emoticon senyum di akhir pesan singkatnya. Kini di otakku hanya dipenuhi bahagia. Seperti ini. Seperti inilah senja yg ku inginkan. Seperti senja-senja lain di hariku kemarin, dan sebelumnya. Inilan senja yg aku ingin. Senja yg bisa membawa tenang di hatiku yg senang.

Minggu, 18 Desember 2011

Buku Bernafas

Aku mengambil sebuah buku. Buku yg aku tulis sendiri. Buku yg sebenarnya belum sampai setengah selesai aku tulis ceritanya disana. Cerita fakta. Kulihati cover-nya, aku tak menemukan apapun. Tak ada gambar yg indah, tak ada tulisan yg indah. Seperti hanya kertas tebal putih yg dilapisi sampul plastik. Ya, dengan beberapa bercak noda hitam, seperti semestinya buku semua orang.

Kubuka lembar pertama, dan seterusnya beberapa ratus lembar yg berisi cerita sebelum tujuh belas. Kemudian mulai kubaca ulang cerita-cerita masa pacaran. Masa pacaran yg pertama kali. Seandainya buku ini sudah kutulis sebelum ceritanya dimulai, mungkin aku tidak akan masuk dalam cerita ini. Sehingga, tidak ada orang yg disakiti. Orang yg sebenarnya dulu pernah ku sayangi setengah mati. Lalu, yg kedua. Sebenarnya aku bingung yg satu ini harus aku tulis juga dalam bagian "masa pacaran" atau tidak. Kita belum pacaran, tapi, sayangku ke dia sudah melebihi angkasa ke tujuh. Malahan seperti angkasa ke tujuh, dikuadrat. Tinggi sekali. Tapi, sudahlah. Bagian ini tidak terlalu penting untuk diingat atau dibaca lagi.

Kemudian, aku buka lembaran selanjutnya. Aku baca bagian yg baru saja aku mulai. Belum ada yg tersakiti, belum ada yg hatinya rusak, dan belum ada yg terluka. Masih dipenuhi canda tawa, bahagia, dan kesenangan. Di bagian ini, aku seperti tidak ingin membuka lembar lainnya lagi di depan. Biar kita stagnan, dan terus begini. Saat membaca lembar ini, aku seperti masuk dalam kesenangan seperti yg tertulis di atasnya. Dan, aku tak ingin melewatkannya sedetik pun. Karena, aku terlalu sayang sama dia.. Aku tak ingin ada lembar selanjutnya. Aku hanya ingin terus membaca lembar ini, sambil bahagia. Aku cukup memberi batas di lembar ini, dengan pita berwarna merah menyala. Seperti cinta kita yg sedang galak-galaknya.

But, life must go on, right? Dari pada kita terus membuka lembaran-lembaran sebelum ini, dan menyesalinya. Aku terus, dan terus menjalani ceritaku sambil menyadari bahwa sayangku ke dia sudah sebesar galaksi dijadikan satu. Semoga, kita tetap begini. Semoga hujan yg sendu tetap turun di soreku yg sunyi.

So, how is your book's story?

Selasa, 13 Desember 2011

Guru, Ooh Guru..

Abis UAS gini, biasanya, adalah momen dimana skill guru dan murid sedang diuji. Guru sedang diuji skill nyusahin murid-muridnya, sedangkan murid, sedang diuji skill menahan kesabarannya. Yap, saat-saat remidial tes. Remidi adalah mengulangi tes lagi kalau tes yg pertama nilainya belum tuntas. Disini, guru selalu punya cara-caranya sendiri untuk nyusahin murid-muridnya. Seperti, disuruh bikin soal sendiri, terus dijawab sendiri. Astaghfirulloh hal'adzim. Udah bikin soalnya sendiri, dijawab sendiri pula. Pemubadziran bolpen, buku, pikiran, dan lain-lain. Hal-hal yg seperti ini sudah seharusnya ditiadakan untuk kebaikan otak murid-murid Indonesia.

Nggak tau pikiran guru-guru ini lagi dimana pas ngasih tugas-tugas se-abrek ke kita. Yang aku tau, guru jarang ada yg nyocokin jawabannya. Sementara murid, selalu mengerjakan dengan serius, dengan kerja kelompok (kata lain: nyontek), dengan tempo yg sesingkat-singkatnya, dan dengan keringat sampai ber-air mata, oke yg terakhir berlebihan, tapi setidaknya ini menjelaskan betapa tersiksanya murid-murid pas dikasih tugas secara nubruk dan se-abrek.

Tugas satu belum selesai, eh tugas dua udah dikasih. Tugas satu dan dua masih dalam proses, eh tugas ke tiga udah nongol aja. Kalau pas gini rasanya pengen berhenti sekolah, terus daftar jadi anggota gangster, terus nyegat guru-guru ini pas pulang ngajar. Sadis.

Di posisi murid, kita ini serba salah. Kalau kita nggak ngerjain tugasnya, guru-guru bakalan ngancem dengan nada penculik-brewokan-yg-nyetir-jeep, "Kalau kamu nggak ngerjain, nilaimu di rapor, kosong." *JLEB* Dengan mata yg hampir keluar dari pos-nya beliau-beliau ini ngomong gitu. Dan, kalau akhirnya dengan terpaksa kita mengerjakan tugasnya. Ya, dengan terpaksa. Saat kita ngerjain, pening di kepala terasa amat sangat, tapi kita terus memaksa untuk dua digit angka berwarna hitam di rapor. Kita terus dan terus mencoba mengerjakan, dan kemudian, ada keadaan dimana kita akan menyerah. Tapi lagi-lagi, kita terus survive. Pada akhirnya, kita sudah seperti siap-siap buat nelpon nomer Pemadam Kebakaran. Jaga-jaga aja kalau sampai otak kita meledak dan sampai ikut menghanguskan tugas-tugas kita.

Guru, ooh guru.. Engkau adalah pelita dalam kegelapan. Engkau adalah embun penyejuk dalam kehausan. Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa. Untuk zaman yg semaju dan se-absurd ini, sepertinya potongan lagu di atas hanya sekedar lirik. Yang aku tau adalah.. Engkau memberikan kami kepeningan secara membabi buta dan tidak berkala. Guru, ooh guru..

Astaghfiruloh hal'adzim..

Senin, 12 Desember 2011

#pahitmanis Versi Sendiri

Bersabar saat merindu, gemetaran saat bertemu. Menemani lelapmu dari jauh. Melukis senyum di bibirmu, membawa merah di hatimu. Berterima kasih karena kau telah berpura-pura tersenyum saat aku melontarkan guyonan garingku. Menghabiskan berjam-jam di kafe itu, menunggu hujan reda. Melukis senja yg indah, saat kita berdua. Meracuni kenangan kita. Mengarang cita-cita secara absurd. Gemetaran di tengah hujan deras, membuat basah mukamu. Membuatkanmu tulisan di sisi kapal kertas buatanmu. Menyimpan kotak rokok yg penuh dengan coretanmu. Mengikatkan tali sepatu di pergelangan tangan kirimu, lima kali ikatan. Membuatmu percaya bahwa 5 ikatan itu berarti 50 tahun, walau sebenarnya absurd. Dan itulah #pahitmanis versi sendiri.

Jumat, 09 Desember 2011

Always by Panic! At The Disco

Aku lagi suka banget sama lagu ini. Kalo kita pinter, kita bakalan ngerti kalo ternyata lagu ini dalem banget. Aku bukan orang yg terlalu pinter (baca: goblok) tapi aku bisa sedikit ngerti makna dari lagu ini. Here the lyrics,


When the world get too heavy,
Put it on my back, I'll be you levy.
You are taking me apart.
Like bad glue on a get well card.

It was always you falling for me
Now there's always time, calling for me.
I'm the lights blinking at the end of the road.
Blink back to let me know.

I'm a fly that trapped in a web, but
I'm thinking that my spider's dead.
Lonely, lonely little life.
I could kid myself in thinking that I'm fine.

That I'm skin and bone.
Just a king and a rusty throne.
Oh, the castle's under siege.
But the suns outside says: leave me alone.


Artinya:


Saat dunia terasa terlalu berat,
Letakkan itu di punggungku, aku akan menjadi penggantimu.
Kau memisahkan aku,
Seperti lem jelek pada kartu yg bagus.

Dulu kau selalu berkorban untuk aku.
Sekarang selalu ada waktu, untuk menghubungiku.
Aku adalah lampu yg berkedip di ujung jalan.
Balas berkediplah agar membuatku tahu.

Aku adalah lalat yg terjebak di sarang laba-laba,
Tapi aku berfikir, laba-labaku mati.
Mati kesepian, hidup kecil yg kesepian.
Aku bisa membohongi diriku sendiri dalam berfikir bahwa aku baik-baik saja.

Aku kulit dan tulang.
Hanya raja dan takhta berkarat.
Oh, kastil di bawah pengepungan.
Tapi matahari di luar berkata: tinggalkan aku sendiri.


Jadi kalo menurutku lagi ini tentang perasaan sayang seorang pria kepada perempuan tapi si perempuan tidak membalas perasaannya itu. Dan si pria akan selalu ada untuk perempuan ini sampai kapanpun. Itu menurutku.

Kamis, 08 Desember 2011

Raga Kita Terlalu Takut

Pernahkah kamu merasakan sayang yg teramat besar untuk seseorang, perasaan yg selalu tumbuh setiap detiknya, perasaan yg selalu memenuhi otakmu yg hanya sebesar biji bunga matahari. Tapi perasaan ini tidak pernah berani untuk kamu bagi bersama seseorang yg seharusnya merasakan yg sama juga. Jatuh cinta yg tidak tersampaikan.

Keadaan ini begitu sunyi, begitu hening, begitu diam, karena tidak ingin bersuara. Keadaan ini begitu resah, begitu membingungkan, karena raga yg merasakannya sungguh terlalu ketakutan, terlalu mementingkan hal yg ada di otaknya. Sehingga memaksa hati untuk mengalah dan menjauhi keinginannya. Keinginan yg sebetulnya sangat besar, sangat menguasai, sangat memekikkan, sangat ingin dilepaskan, sangat ingin diutarakan, tapi mata ini tertutup terlalu rapat.

Dia ini tidak terlalu cantik, tidak terlalu hebat, tapi dia membutakan hati kita. Di dalam hatinya dia begitu hebatnya sehingga bisa membuat kita selalu memikirkannya.

Ketika bertemu dengannya, ada rasa sesak, ada rasa bimbang. Suatu kali kita ingin sekali sekedar tersenyum ataupun menyapa, tetapi mulut ini terlalu kaku saat kita berada di depan orang yg kita sayang ini. Kadang kita berfikir bahwa lautan terdalam untuk diselami adalah matanya, karena kita selalu betah berlama-lama menyelam di tatapan matanya yg dalam, tapi mata ini terlalu sering mengalihkan dan kemudian "naik ke permukaan".

Setiap kali dia menyapa kita dulu di jejaring sosial, selalu terasa bahwa terjadi pesta mendadak di otak kita. Menyalakan lagu kebahagiaan yg amat sangat, meneriakan girang yg tak ada duanya. Seperti otak dan fikiran ini terlalu bahagianya sehingga meneriakkan namanya di otak kita sampai membuat lupa kita akan hal-hal lain. Yang ada hanya namanya, wajahnya, dan semua hal tentangnya.

Tetapi kita segera disadarkan bahwa ternyata dunia seketika sunyi di tengah pesta riuh otak kita. Seketika kita merasa bingung tentang apa yg akan kita katakan untuk membalas sapaannya. Kita terus befikir banyak pilihan kata agar pesta di otak kita tidak hanya sementara saja. Seketika hanya terdengar suara detak jantung dan rasa dingin di telapak tangan. Berulang kali jari ini sibuk mengetik dan berulang kali juga jari ini sibuk menghapus ketikannya sendiri. Takut jika ada kata yg salah sehingga akan menghentikan pesta pora di otak kita secara mendadak.

Akhirnya kita akan terlalu sibuk untuk menghakimi diri sendiri bahwa kita tidak terlalu sempurna untuk dia. Dan membiarkan rasa egois otak menang, mengalahkan hati yg sudah terlalu lama sunyi dan gelap. Membiarkan dia menjauh bahkan sebelum dia tahu bagaimana perasaan kita. Kita hanya bisa terus membiakan hati terus dan terus sunyi, gelap dan tak berisi. Bahkan mengulang seperti ini terus ketika menyayangi orang lain.

#nowplaying: Efek Rumah Kaca - Laki-Laki Pemalu

John Lennon

Rabu, 07 Desember 2011

Quotes

"Sometimes we laugh at people whom just wearing panties. But, sometimes we will be ridiculed for just wearing panties." (A Glass Wheel)




"When we fall asleep, we unconsciously also smacking down with our bed. It's a natural thing." (Sleep is A Random Habit)




"A selfish boy rejects drug that's a miracle." (Bruce Almighty)




"When we're falling in love, we covered up our feeling so it'll not rise to the surface. Covered it with a patchwork, then stepped on it. When we're falling in love, we just become a very good secret keeper." (When People Falls in Love)




"Like a glass wheel, we can roll perfectly or just broken naturally." (A Glass Wheel)




"The only regret in my life is I am not David Beckham." (Me, Myself, and My Regret)




"Soldiers like my father would only do stuffs if the commander asked them. But, an artist will only do stuffs if our brain asked for." (Follow Your Mind or Just Say "Yes" for An Order)

Selasa, 06 Desember 2011

Tidur Itu Momen Paling Random

Gara-gara si Ronto, aku jadi kepikiran betapa randomnya kita saat sedang tidur. Iya, gara-gara dia bikin blog Saat Seseorang Sedang Tertidur. Blog absurd yg aku bahkan nggak tau motivasinya Ronto apaan pas bikin blog ini. Tapi postingan ini nggak ada hubungannya sama sekali sama blog absurdnya dia. Aku cuman kepikiran sama kata "tidur". Momen paling random yg manusia pernah miliki. Ya, setidaknya ini menurut otak cerdasku.

Saat kita tidur, secara tidak sadar kita juga sering kali sedang ber-smack down ria dengan kasur kita. Menendang, memukul, meremas, dan terkadang kita juga meludahi kasur kita (baca: ngiler). Kadang saat kita sedang tidur, kita juga ditontoni dengan hal-hal aneh berbau film horror Indonesia jaman sekarang. Yap, sisi porno. Dan yg masih ngebuat aku mikir dengan yg satu ini adalah, apakah kita berdosa saat mendapatkan mimpi dewasa ini? Hope not. Saat kita sedang tidur, kita juga akan memanggil-manggil atau mengigau-igau nama seseorang. Seperti yg biasanya ada di film romantis (yg sebetulnya tidak romantis) Indonesia. Si perempuan sedang di rumah sakit, sakit tentunya. Si tokoh pria datang menjenguk. Lalu si perempuan manggil-manggil nama si pria ini. Perempuan ini semacam ingin memesan bakso. Kemudian si tokoh perempuan bangun dan melihat si pria, senyum, kemudian sehat wal'afiat. Naskah yg absurd. Kalau hal seperti ini bisa beneran diterapkan di kehidupan beneran mungkin dokter akan jadi pengangguran bapuk.

Secara tidak sadar, saat kita sedang tertidur, jiwa kita sebenarnya sedang melapor ke Akhirat tentang apa-apa saja yg sudah kita lakukan seharian kemarin. Seperti yg dikatakan guru SD-ku. Jiwa kita pergi, dan katanya bertemu dengan Tuhan atau siapapun untuk melapor. Maha Besar. Di hidup ini, ada milyar-an orang yg juga hidup dan tentunya melapor juga saat raganya tertidur. Bagaimana bisa secepat itu? Aku hanya membayangkan hal absurd seperti, jiwa kita mengantri untuk melapor, dan terkadang jiwa kita bisa terinjak oleh sekumpulan antri yg tidak sabar lagi, kemudian kita mati saat tertidur. Ya, absurd. Atau, jiwa kita mengantri seperti sedang mengantri sembako murah sambil menggenggam kupon di tangan. Berteriak-teriak, saling dorong, dan saling ingin mendahului. Betapa lucunya negri kita saat ada hal semacam ini. Tapi, Akhirat tidak seribet negri kita. Pastinya Tuhan punya cara yg tidak terfikirkan untuk hal yg satu ini dan hal-hal lainnya di hidup kita.

Aku ngetik ini pas barusan bangun tidur, jadi kalau banyak sekali ditemukan kata-kata yg di luar nalar mohon dimaklumi *kembali ke pelukan kasur tercinta*.

Minggu, 04 Desember 2011

#pahitmanis

Inilah hashtag paling dalem yg bener-bener bisa bikin aku galau. #pahitmanis punya Raditya Dika. Bang, engkau memang jagonya. Ini twitnya, yg aku cetak tebal berati yg mungkin udah aku lakuin.


Mengingat cara dudukmu di restoran sore itu, saat kita pertama kali jalan berdua. Mengingat telepon kita, sebelum berpisah. Mengingat rasa penasaran dulu saat membuka SMS darimu. Merasa tersayat setiap kali org melafalkan namamu, setelah kita berpisah. Membekas wajahmu ketika bangun tidur. Menyebut namamu dalam doa. Mengabaikan rasa takut untuk tetap bersama2 kamu. Melihat wajahmu dalam cangkir kopi, pada sebuah senja. Mengubur kenangan kita, yang bahkan belum mau mati. Menirukan cara tawamu. Menjaga tidurmu dari jauh. Menitipkan masa depanku padamu. Merapalkan sihir untuk membuat keinginanmu, menjadi nyata. Menghangatkan genggaman tanganmu. Mendiamkan isak tangismu. Menggemakan bahagiamu. Melukis senyum tipis di bibirmu. Mengucapkan terimakasih, karena telah berpura2 buta melihat kesalahanku. Menunggu wajahmu muncul dalam mimpi. Mengarang cerita kita, dengan akhir yang berbeda. Tertidur di pangkuanmu, pada jalan pulang menuju rumahmu. Seperti biasanya. Menghafal kebiasaanmu. Meneruskan kalimatmu, tanpa sengaja. Dan itulah #pahitmanis cinta.


Langsung galau..

Sabtu, 03 Desember 2011

Manusia Butuh Resolusi Secepatnya

Kalo ditanya kenapa aku ngepost ini, aku bakalan jawab aku lagi bingung. Aku bingung kenapa jadi manusia itu ribet banget. Ribetnya bukan main. Jadi bener kalo aku nulis kalo manusia itu makhluk paling ribet yg pernah diciptakan-Nya.

Aku masih bingung, kenapa setiap orang yg barusan jadian selalu aja di mintain makan-makan? Itu tradisi sejak dinasti apaan? Asli nyusahin banget. Gimana nggak nyusahin coba, kita ini lagi berbunga-bunga trus ada orang yg ngomong, "Eh pj dong, pj." Rasanya langsung pengen nabok orang yg ngomong gitu pake bunga-bunga tadi. Emang makan-makan abis jadian itu wajib apa? Emang kalo nggak ada makan-makan gitu kena pidana apa? Kan, enggak. Kalo emang pj (baca: makan-makan maksa) ini wajib hukumnya, mungkin aku lebih milih jadi jomblo sampe bapuknya ngalah-ngalahin guling di kamarku.

Trus ada juga keribetan manusia yg lainnya. Manusia selalu punya tanggalan-tanggalan dilarang dan dibolehin. Tradisi jawa kuno. Oke ini tahun berapa? Emang di tahun yg udah se-update dan semaju ini masih ada tanggal-tanggal gituan? Kalo sekarang ini masih eranya Joko Sembung yg bawa golok itu ya wajarlah masih mikirin tanggalan gitu. Tapi sekarang ini udah eranya monyet terbang sampe bulan, ndoro. Hal-hal yg begituan udah nggak perlu dipikir lagi. Kan kalo emang udah waktunya kita kecelakaan atau kenapa-kenapa gitu yg nentuin juga Tuhan. Percaya sama hal-hal yg begituan malah bikin kita jadi terlalu hati-hati lho *sok-sokan ceramah* *padahal nggak ngerti*.

Manusia (untuk kasus yg ini, kebanyakan cewek) juga selalu melihat makanan sebagai diet. Bukan berkah. Setiap ditawarin makan eeh langsung jawab, "Nggak makan, lagi diet." Kalo ditanyain kenapa makannya dikit doang jawabnya, "Iya nih, lagi proses diet." Demi persahabatan Spongebob dan Patrick, gimana kalo nggak usah makan sekalian? Gimana kalo makannya nggak usah dimasukin ke mulut sampe perut? Oke, itu berati enggak makan. Gimana kalo nggak usah makan biar mati sekalian aja? Kan kalo udah mati kita nggak perlu mikirin segimana buletnya bentuk perut kita atau segimana gedenya paha kita. Udahlah, makan tinggal makan. Life is so simple, girl. Just enjoy it, divert your eyes from your stomach and eat more and more.

Nah, ini nih yg aku bingung banget betapa ribetnya manusia itu. Manusia selalu ribet buat mikir apa yg harus dia lakuin di malem minggu. Dia pikir, "Kalo nggak main, ntar aku nggak gaul." -______- Emang kalo setiap malem minggu main kamu itu jadi gaul gitu? Kan anak-anak layangan (4LAy) juga pada nanggap wayang pas malem minggu. Jadi mereka itu gaul? Kayak kamu? Atau kamu yg 4LAy? Kayak anak-anak layangan itu? Emang kalo nggak main keluar itu bakalan kenapa juga to? Kan nggak bakalan mati membatu juga kalo kita nggak main. Padahal acara di TV pas malem minggu kan lagi bagus-bagusnya juga. Ada banyak pertandingan bola, EPL-lah, BBVA-lah, ISL juga kan ada. Ada pelem-pelem box office juga yg bisa ditonton secara gratisan. Ya emang bayarnya ke PLN sih. Ya emang kalo yg di TV kudu ikutan nonton iklan-iklan juga sih. Tapi kan nonton pelem bagus.

Sebenernya aku nulis paragraf terakhir di postingan yg satu ini dengan mbatek banget. Ini malem minggu, dan aku nggak main. Kampret. 4QoeHh j4Die3h nG9aK g4HoeLZzz, Q4qA.. Oke cukup jadi 4LAynya. Berati postingan yg ini pembelaan terhadap diri sendiri atas ketidak keluaran pas malam minggu. Sekian.

*now playing: Black Amplifier by The S.I.G.I.T.*