Pernahkah kamu merasakan sayang yg teramat besar untuk seseorang, perasaan yg selalu tumbuh setiap detiknya, perasaan yg selalu memenuhi otakmu yg hanya sebesar biji bunga matahari. Tapi perasaan ini tidak pernah berani untuk kamu bagi bersama seseorang yg seharusnya merasakan yg sama juga. Jatuh cinta yg tidak tersampaikan.
Keadaan ini begitu sunyi, begitu hening, begitu diam, karena tidak ingin bersuara. Keadaan ini begitu resah, begitu membingungkan, karena raga yg merasakannya sungguh terlalu ketakutan, terlalu mementingkan hal yg ada di otaknya. Sehingga memaksa hati untuk mengalah dan menjauhi keinginannya. Keinginan yg sebetulnya sangat besar, sangat menguasai, sangat memekikkan, sangat ingin dilepaskan, sangat ingin diutarakan, tapi mata ini tertutup terlalu rapat.
Dia ini tidak terlalu cantik, tidak terlalu hebat, tapi dia membutakan hati kita. Di dalam hatinya dia begitu hebatnya sehingga bisa membuat kita selalu memikirkannya.
Ketika bertemu dengannya, ada rasa sesak, ada rasa bimbang. Suatu kali kita ingin sekali sekedar tersenyum ataupun menyapa, tetapi mulut ini terlalu kaku saat kita berada di depan orang yg kita sayang ini. Kadang kita berfikir bahwa lautan terdalam untuk diselami adalah matanya, karena kita selalu betah berlama-lama menyelam di tatapan matanya yg dalam, tapi mata ini terlalu sering mengalihkan dan kemudian "naik ke permukaan".
Setiap kali dia menyapa kita dulu di jejaring sosial, selalu terasa bahwa terjadi pesta mendadak di otak kita. Menyalakan lagu kebahagiaan yg amat sangat, meneriakan girang yg tak ada duanya. Seperti otak dan fikiran ini terlalu bahagianya sehingga meneriakkan namanya di otak kita sampai membuat lupa kita akan hal-hal lain. Yang ada hanya namanya, wajahnya, dan semua hal tentangnya.
Tetapi kita segera disadarkan bahwa ternyata dunia seketika sunyi di tengah pesta riuh otak kita. Seketika kita merasa bingung tentang apa yg akan kita katakan untuk membalas sapaannya. Kita terus befikir banyak pilihan kata agar pesta di otak kita tidak hanya sementara saja. Seketika hanya terdengar suara detak jantung dan rasa dingin di telapak tangan. Berulang kali jari ini sibuk mengetik dan berulang kali juga jari ini sibuk menghapus ketikannya sendiri. Takut jika ada kata yg salah sehingga akan menghentikan pesta pora di otak kita secara mendadak.
Akhirnya kita akan terlalu sibuk untuk menghakimi diri sendiri bahwa kita tidak terlalu sempurna untuk dia. Dan membiarkan rasa egois otak menang, mengalahkan hati yg sudah terlalu lama sunyi dan gelap. Membiarkan dia menjauh bahkan sebelum dia tahu bagaimana perasaan kita. Kita hanya bisa terus membiakan hati terus dan terus sunyi, gelap dan tak berisi. Bahkan mengulang seperti ini terus ketika menyayangi orang lain.
#nowplaying: Efek Rumah Kaca - Laki-Laki Pemalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar