Aku mengambil sebuah buku. Buku yg aku tulis sendiri. Buku yg sebenarnya belum sampai setengah selesai aku tulis ceritanya disana. Cerita fakta. Kulihati cover-nya, aku tak menemukan apapun. Tak ada gambar yg indah, tak ada tulisan yg indah. Seperti hanya kertas tebal putih yg dilapisi sampul plastik. Ya, dengan beberapa bercak noda hitam, seperti semestinya buku semua orang.
Kubuka lembar pertama, dan seterusnya beberapa ratus lembar yg berisi cerita sebelum tujuh belas. Kemudian mulai kubaca ulang cerita-cerita masa pacaran. Masa pacaran yg pertama kali. Seandainya buku ini sudah kutulis sebelum ceritanya dimulai, mungkin aku tidak akan masuk dalam cerita ini. Sehingga, tidak ada orang yg disakiti. Orang yg sebenarnya dulu pernah ku sayangi setengah mati. Lalu, yg kedua. Sebenarnya aku bingung yg satu ini harus aku tulis juga dalam bagian "masa pacaran" atau tidak. Kita belum pacaran, tapi, sayangku ke dia sudah melebihi angkasa ke tujuh. Malahan seperti angkasa ke tujuh, dikuadrat. Tinggi sekali. Tapi, sudahlah. Bagian ini tidak terlalu penting untuk diingat atau dibaca lagi.
Kemudian, aku buka lembaran selanjutnya. Aku baca bagian yg baru saja aku mulai. Belum ada yg tersakiti, belum ada yg hatinya rusak, dan belum ada yg terluka. Masih dipenuhi canda tawa, bahagia, dan kesenangan. Di bagian ini, aku seperti tidak ingin membuka lembar lainnya lagi di depan. Biar kita stagnan, dan terus begini. Saat membaca lembar ini, aku seperti masuk dalam kesenangan seperti yg tertulis di atasnya. Dan, aku tak ingin melewatkannya sedetik pun. Karena, aku terlalu sayang sama dia.. Aku tak ingin ada lembar selanjutnya. Aku hanya ingin terus membaca lembar ini, sambil bahagia. Aku cukup memberi batas di lembar ini, dengan pita berwarna merah menyala. Seperti cinta kita yg sedang galak-galaknya.
But, life must go on, right? Dari pada kita terus membuka lembaran-lembaran sebelum ini, dan menyesalinya. Aku terus, dan terus menjalani ceritaku sambil menyadari bahwa sayangku ke dia sudah sebesar galaksi dijadikan satu. Semoga, kita tetap begini. Semoga hujan yg sendu tetap turun di soreku yg sunyi.
So, how is your book's story?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar